Seleksi Berbasis Komputer (SBK) merupakan salah satu tahapan terbaru dalam seleksi Beasiswa LPDP yang baru diimplementasikan pada beasiswa LPDP tahun 2018. Tahapan seleksi ini berada di antara seleksi administrasi dan wawancara alias ke-2.
Pada awalnya, banyak kebingungan dengan seleksi jenis baru ini (waktu 2018) karena tidak ada clue sama sekali dari tahun sebelumnya. LPDP memang memberikan petunjuk di dalam website-nya, tetapi memang petunjuk yang dicantumkan cenderung general. Nah, sekarang, para LPDP hunters tidak perlu lagi bingung karena saya akan membagikan selayang pandang dari SBK ini beserta tips dan trik untuk menaklukannya.
1. Apa itu SBK LPDP?

SBK LPDP pada prinsipnya merupakan sebuah tes menggunakan media komputer yang terbagi ke dalam tiga segmen: Tes Potensi Akademik (TPA), Tes Karakteristik Pribadi (TKP), dan Esai On The Spot (EOTS). Menariknya, walaupun terdapat tiga tes, penentu kelulusan kita dalam tahapan seleksi ini hanyalah skor TPA. Hasil TKP dan EOTS digunakan modal (dua dari sekian banyak modal) untuk seleksi wawancara.
Bahasa yang digunakan dalam SBK ini adalah bahasa Indonesia kecuali EOTS. Untuk pelamar tujuan luar negeri, bahasa yang dugunakan dalam menulis EOTS harus bahasa Inggris.
Untuk lolos SBK ini, peserta harus mempunyai nilai TPA di atas passing grade (PG) walaupun sebenarnya, informasi mengenai nilai eksak dari si PG ini belum jelas. Ada yang bilang bahwa PG untuk dalam negeri adalah 150 dan luar negeri 180. Namun, menurut pengalaman teman saya yang mengikuti seleksi tahun ini, peserta yang lolos ke tahap selanjutnya hanyalah yang mendapatkan nilai minimal 200. Jadi, menurut hemat saya, passing grade SBK ini dinamis tergantung persebaran skor TPA semua peserta karena pada tahun ini (menurut penuturan teman saya), memang banyak yang mendapatkan skor di atas 200.
Oh iya. Satu lagi. Passing grade peserta jalur afirmasi lebih rendah daripada jalur reguler. Seinget saya, desas-desusnya lebih rendah 30 poin.
2. Jenis-Jenis Subtes SBK
Nah, mari kita ulas secara lengkap masing-masing subtes.
2.1 Tes Potensi Akademik (TPA)
TPA ini isinya mirip dengan TPA CPNS dan TPA Bapennas. Tipe-tipe soalnya tidak jauh dari TPA standar dan menurut saya, tidak sesusah soal-soal GRE. Tes ini terdiri dari 60 soal yang harus diselesaikan maksimal dalam waktu 90 menit. Berikut merupakan komposisi dari soal TPA:
- Kemampuan Verbal : 30 soal
- Kemampuan Numerikal : 15 soal
- Kemampuan Logika / Penalaran : 15 soal
Masing-masing soal benar bernilai 5 poin dan tidak ada sistem minus untuk soal yang salah. Jadi, total poin maksimal adalah 300.

Perlu diketahui bahwa setelah kita men-submit jawaban, nilai TPA kita akan langsung muncul di depan layar seperti tes CPNS (penyelenggaranya sama-sama BKN, after all). Jadi, persiapkan mental dengan sebaik mungkin.
2.2 Tes Karakteristik Pribadi (TKP)
TKP ini mirip dengan tes psikotes. Tipe pertanyaannya bertujuan untuk mengetahui karakter dan sifat kita. Walaupun ada rentang poin antara 1 sampai 5 untuk setiap jawaban, pada prinsipnya, tidak ada jawaban benar dan salah dalam tes ini.
Tes ini terdiri dari 60 soal, sama seperti TPA. Namun, waktu yang disediakan untuk mengerjakan tes ini hanyalah 30 menit atau rata-rata setengah menit untuk satu soal. Wajar, sih, karena tes ini didesain agar peserta menjawab pertanyaan secara natural tanpa harus berpikir panjang seperti pada TPA.

Seperti halnya TPA, setelah kita men-submit jawaban, nilai akan langsung muncul di depan layar.
2.3 Esai On The Spot (EOTS)
EOTS oleh https://www.litreviewhub.com
Sesuai dengan namanya, EOTS ini adalah tes untuk menyampaikan pendapat kita dalam bentuk tulisan (diketik, sih, sebenarnya). Pendapat yan dimaksud adalah pendapat mengenai suatu isu yang sedang hangat di Indonesia dan kita akan diberi sepucuk artikel mengenai isu tersebut (bisa berbeda-beda untuk tiap peserta). Pendapat yang diminta bermacam-macam mulai dari setuju / tidak setuju atau memberikan solusi dengan sudut pandang tertentu (menteri, pakar kesehatan, dll.). Waktu yang diberikan terbilang singkat, yaitu 30 menit. Namun, tidak ada minimal dan batasan jumlah kata.
3. Tips Menaklukan SBK
Sudah cukup kenal, kan, dengan si tiga subtes tadi? Nah, sekarang waktunya untuk mempelajari cara untuk menaklukan SBK ini.
P. S. : Tips dan panduan yang lebih detail untuk masing-masing subtes (TPA, TKP, dan EOTS) akan ditulis di artikel terpisah.
3.1 Persiapan Sebelum Tes
Informasi mengenai jadwal SBK kita baru akan diumumkan setelah kita lolos seleksi administrasi dan tidak ada jaminan bahwa jarak antara pengumuman dengan waktu tes tersebut cukup jauh sehinga kita dapat mempersiapkan SBK dengan optimal (walaupun rentang waktu SBK tercantum di dalam website LPDP). Jadi, langsung persiapkan SBK begitu selesai mengurus seleksi administrasi.
Persiapan dapat dimulai dengan menyusun jadwal belajar untuk masing-masing subtes sampai H-3 atau H-2 perkiraan tanggal SBK (dapat dilihat di website LPDP).

Oh iya. Saya sarankan untuk melakukan try out TPA terlebih dahulu agar kita mengetahui aspek mana yang kita paling kuasai dan paling tidak terkuasai. Dengan demikian, kita dapat mengetahui tipe soal yang harus diprioritaskan. Soal TPA sejenis SBK sangat banyak dan bertebaran di internet.
Berikut adalah panduan dalam membaut jadwal persiapan SBK LPDP. Asumsikan bahwa kita mempunyai tiga minggu persiapan sebelum tes.
P. S. Alokasi waktu untuk belajar dapat berbeda-beda tergantung kesibukan masing-masing. Namun, setidaknya luangkan tiga jam sehari untuk mempersiapkan ini.
3.1.1 TPA
Alokasikan waktu untuk mempelajari fokus kepada satu bagian (verbal, numerikal, logika) per hari selama dua minggu. Belajarlah teori dari bagian beserta latihan soal yang terfokus tetapi variatif. Pada seminggu terakhir, ubah bentuk belajarnya menjadi try out 60 soal TPA dengan tipe soal dan suasana persis seperti tes.
Jangan lupa untuk menyesuaikan porsi belajar sesuai prioritas. Utamakan bidang yang paling tidak kita kuasai.
3.1.2 TKP
Pada prinsipnya, untuk dapat maksimal dalam TKP, kuncinya hanya jujur dan konsisten. Jadi, saya rasa, tidak perlu belajar tips dan trik yang aneh-aneh seperti halnya TPA. Try out sesuai dengan aslinya (60 soal dalam waktu 30 menit) selama dua hari sekali saya rasa cukup.
3.1.3 EOTS
Untuk EOTS, sisihkan waktu setiap hari untuk merangkum topik serta berlatih menulis esai dengan waktu yang ditentukan. Topik yang dirangkum dapat diambil dari media-media Indonesia seperti Kompas dan Tempo (caranya akan diulas di post khusus). Merangkum topik ini berguna untuk memperkaya ide kita sehingga ketika tes, kita sudah mempunyai banyak modal dan tidak akan stuck.
In terms of practicing essay writing, jika masih bingung untuk menulis, mulailah dengan membaca contoh-contoh esai singkat di internet (saya rekomendasikan contoh-contoh esai IELTS Writing Task 2). Panduan untuk menulisnya akan saya tulis di artikel terpisah.
3.2 Hari H Tes
Pada hari H tes, dengan mengenakan pakaian sesuai ketentuan (biasanya atasan putih bawahan hitam formal), kita akan melakukan registrasi dan verifikasi data menggunakan kartu peserta yang di-download dari portal LPDP kita. Setelah itu, kita akan memasuki suatu ruangan untuk sosialisasi teknis SBK. Di ruangan tersebut, akan ada pihak LPDP yang menjelaskan teknis pelaksanaan tes lengkap dengan video simulasinya.

Ketika waktu tes datang, kita akan memasuki ruangan tes. Namun, kita tidak diperbolehkan membawa apapun ke dalam ruangan tes. Alat tulis, yang mungkin dibutuhkan untuk kotretan, akan disediakan di masing-masing meja komputer.
Wejangan terakhir: Jangan telat!
3.3 Saat Tes
Berikut adalah urutan tes yang akan dijalani:
3.3.1 TPA
Pertama-tama, kita akan mengerjakan subtes yang paling menentukan kelulusan kita di SBK. Usahakan agar tetap tenang namun fokus ketika mengerjakan.
Berikut sedikit tips untuk TPA.
Kerjakan Soal yang Mudah Lebih Dahulu
Semua soal berbobot sama dan kita tidak harus menegrjakan soal secara berurutan dari nomor 1 sampai 60. Jangan berkutat terlalu lama di soal yang susah. Habiskan dulu soal yang mudah, baru lanjutkan ke soal yang tingkat kesulitannya lebih tinggi.
Jangan Meninggalkan Jawaban Kosong
Tidak ada sistem minus dalam TPA SBK LPDP. Jadi, akan sangat rugi jika kita mengosongkan satu soal. Isilah semua soal baik itu dengan ‘ngitung kancing’ agar setidaknya, kita memiliki peluang 20% untuk benar.
Ingat Waktu
Akan ada timer pada layar pengerjaan soal kita. Always be aware of that. Jangan sampai kita terlena sampai akhirnya waktu habis.
3.3.2 TKP
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, nilai TPA akan langsung muncul begitu selesai mengerjakan TPA. Di sinilah dibutuhkan ketenangan yang baik. Tidak masalah jika nilai yang muncul sesuai ekspektasi. Namun, jika tidak?
Saran saya hanya satu. Move on! Apapun yang tejadi, lupakan TPA dan fokuslah ke subtes selanjutnya. TKP dan EOTS masih menunggu.
Oh iya. Untuk TKP, jangan terllau berpikir keras. Cukup jawab dengan jujur, natural, dan cepat. Ingat, kita hanya punya 30 menit di sini.
P. S. Selama jeda antarsubtes, kita bisa izin ke toilet. Jangan ragu untuk ke toilet jika kebelet.
3.3.3 EOTS
Nah, untuk EOTS, kita akan diberi satu artikel dengan bahasa yang sesuai dengan jalur beasiswa kita. Kemudian, kita akan menulis esai kita pada sebuah kolom seperti Microsoft Word. Perlu diingat, karena akan ada banyak orang yang mengetik dalam waktu yang bersamaan, fokus kita akan terganggu. Stay focused!
Berikut ada beberapa tips untuk EOTS ini.
Sisihkan Sebagian Waktu untuk Planning
Sebelum menulis, pastikan kita mengkaji artikel dan pertanyaan yang tercantum dengan benar. Ini agar kita tidak slaah paham dan membuat esai yang tidak nyambung. Jangan lupa juga untuk membuat kerangka esai kita supaya esai kita terstruktur dengan baik dan tidak ngalor-ngidul.
Sampaikan Opini dengan Jelas dan Berbobot
Salah satu ciri khas orang Indonesia dalam membuat tulisan adalah gayanya yang berputar-putar – tidak to the point. Nah, dalam menulis EOTS ini, karena waktu kita terbatas, buatlah gaya bahasa kita menjadi straight to the point. Kemudian, elaborasilah argumen kita dengan alasan yang berbobot, konstruktif, dan jelas pula (teknis membuat argumen seperti ini akan saya jelaskan di tulisan terpisah).
Selesaikan Esai Kita
Apa ciri sebuah esai selesai? Sebuah esai dapat dikatakan completed jika terdapat paragraf penutup yang disebut dnegan kesimpulan. Jadi, ketika misalnya waktu yang kita punya tinggal sedikit, segeralah move on ke kesimpulan meskipun paragraf utama kita belum selesai. Esai yang menggantung tanpa kesimpulan merupakan esai yang belum selesai tugasnya dalam menyampaikan opini kita.
Sisakan Sedikit Waktu untuk Rechecking
Ketelitian tentu merupakan salah satu hal yang dilihat dari esia kita Jangan sampai kita meninggalkan hal-hal yang sepele tetapi merusak mata seperti typos.
Reminder : Akan ada artikel khusus untuk EOTS.
4. Pengumuman
Setelah selesai tes, nilai TPA kita biasanya akan dipampang di LCD pengumuman dengan cara di-ranking. But, don’t worry. Pengumuman yang sebenarnya tetap akan diberitahukan via email dan akun LPDP kita. Masih ada secercah harapan walaupun kita pesimis dengan hasil TPA kita.

Oke. That’s all for tonight. Semoga bermanfaat. Mari daftar LPDP!